Kamis, 14 April 2016

Metode Pelaksanaan Pemancanagan Tiang

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pembangunan suatu konstruksi, pertama – tama sekali yang dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi ( struktur bawah ) baru kemudian melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar fungsinya pada suatu konstruksi. Secara umum pondasi didefinisikan sebagai bangunan bawah tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri dan beban luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang disekitarnya.
Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang penting dalam suatu pekerjaan konstruksi yang harus dicicermati karena kondisi ketidaktentuan dari tanah berbedabeda. Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas. Pondasi ini akan menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur atas kedalam lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis pondasi tergantung kepada jenis struktur atas apakah termasuk konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga tergantung pada jenis tanahnya. Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya dipakai pondasi dangkal, tetapi untuk konstruksi beban berat biasanya jenis pondasi dalam adalah pilihan yang tepat.
Secara umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi dangkal. Pondasi tiang pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah kelapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relative cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung ( end bearing capacity ) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang, dan daya dukung geser atau selimut ( friction bearing capacity ) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancang dan tanah disekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi bahan ada  tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja, dan tiang pancang kayu.  Dari segi bentang penampang, tiang pancang bujur sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I, dan bentuk spesifik. Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop hammer), diesel hammer, dan hidrolic hammer.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pondasi tiang pancang serta penggunaanya pada konstruksi atau bangunan struktur.
2.      Bagaiman meode kerja/pelaksanaan pemancangan tiang.
3.      Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan pada proses pelaksanaan tiang pancang.
4.      Apa saja Kekurangan serta keuntungan penggunaan pondasi tiang pancang.
5.      Bagaiman K3 dalam konstruksi pemancangan tiang.

C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pondasi tiang pancang serta penggunaanya pada konstruksi atau bangunan struktur.
2.      Untuk mengetahui bagaimana meode kerja/pelaksanaan pemancangan tiang.
3.      Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan pada proses pelaksanaan tiang pancang.
4.      Untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan menggunakan pondasi tiang pancang.
5.      Untuk mengetahui Bagaiman K3 dalam konstruksi pemancangan tiang.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pondasi Tiang Pancang Serta Penggunaanya Pada Konstruksi Atau Bangunan Struktur.
Pondasi tiang pancang (Pile Foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.
Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer. Sistem kerja diesel Hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan sekitar.
Tiang pancang pada pondasi difungsikan untuk mentransfer beban yang dipikul oleh pondasi ke lapisan tanah terdalam dimana terdapat daya dukung tanah yang lebih baik, ada 3 macam jenis tiang pancang yang biasa digunakan yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton dan tiang pancang baja, masing masing tiang pancang memiliki kegunaan yang sama hanya saja pemakaiannya tergantung dari bangunan seperti apa yang akan didirikan dan daya dukung tanah sekitar yang akan dibangun.
Bentuk dari tiang pancang juga bermacam macam bisa berupa silinder, persegi atau segitiga dengan panjang tiang 10 m sampai dengan 30 m. pemancangan tiang pancang biasanya dilakukan dengan cara ditumbuk, dalam penumbukan tiang pancang juga harus memperhatikan beberapa faktor agar dalam penumbukan tidak terjadi kerusakan.
Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia sebagai pondasi bangunan struktur, seperti jembatan, gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga, bangunan mesin-mesin berat,  dll. Dimana semuanya merupakan konstruksi-konstruksi yang memiliki dan menerima beban yang relatif berat. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi biasanya bertitik tolak pada beberapa hal mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar sehingga pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada lokasi yang bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak ekonomis lagi untuk dipergunakan.
Secara umum pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah dasar dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban diatasnya, dan juga bila letak tanah keras yang memiliki daya dukung yang cukup untuk memikul berat dari beban bangunan diatasnya terletak pada posisi yang sangat dalam. Dari alasan itulah maka dalam mendesain Pondasi tiang pancang mutlak diperlukan informasi mengenai :
a.       Data tanah dimana bangunan akan didirikan.
b.      Daya dukung dari tiang pancang itu sendiri (baik single pile ataupun group pile).
c.       Analisa negative skin friction (karena mengakibatkan beban tambahan).

Gaya geser negatif (negative skin friction) adalah suatu gaya yang bekerja pada sisi tiang pancang dimana gaya tersebut justru bekerja kearah bawah sehingga malah memberikan penambahan beban secara vertikal selain beban luar yang bekerja. Negative skin friction berbeda dengan Positif skin friction, karena positif skin friction justru membantu memberikan gaya dukung pada tiang dalam melawan beban luar/vertikal yang bekerja dengan cara memberikan perlawanan geser disisi-sisi tiang, dengan arah kerja yang berlawanan dari arah gaya luar yang bekerja ataupun gaya dari negative skin friction tersebut.
Negatif skin friction terjadi ketika lapisan tanah yang diperkirakan mengalami penurunan yang cukup besar akibat proses konsolidasi, dimana akibat proses konsolidasi ini, tiang mengalami gaya geser dorong kearah bawah yang bekerja pada sisi sisi tiang (karena terbebani). keadaan ini disebut sebagai keadaan dimana tiang mengalami gaya geser negatif (negative skin friction). Nah....jika jumlah gaya gaya sebagai akibat dari beban luar dan gaya geser negatif ini melebihi gaya dukung tanah yang diizinkan, maka akan terjadilah penurunan tiang yang disertai dengan penurunan tanah disekitarnya.
Keadaan ini bisa terjadi karena tanahnya yang lembek, pemancangan pondasi pada daerah timbunan baru, atau akibat penurunan air tanah pada tanah yang lembek, dimana kondisi tersebut memungkinkan terjadinya penurunan atau konsolidasi tanah yang cukup besar. Pondasi tiang pancang hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga gaya luar yang bekerja pada kepala tiang tidak melebihi gaya dukung tiang yang diizinkan. Adapun yang dimaksud dengan gaya dukung tiang yang diizinkan adalah meliputi aspek gaya dukung tanah yang diizinkan, tegangan pada bahan tiang perpindahan kepala tiang yang diizinkan, dan gaya- gaya lain (seperti perbedaan tekanan tanah aktif dan pasif). 
Perhitungan serta pengevaluasian tersebut tidak saja dilaksanakan terhadap tiang secara individu (single pile) tetapi juga harus dilaksanakan terhadap tiang-tiang dalam kelompok (group pile). Umumnya pondasi tiang pancang dapat ditinjau dari :
1.      Jenis / bahan yang digunakan, meliputi : kayu, baja, beton, atau komposit (perpaduan dari beberapa bahan).
2.      Cara Penyaluran Beban.
Berdasarkan cara penyaluran beban dapat dibedakan atas :
a.      Tumpuan Ujung (End Bearing Pile) :
                                      

Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari perlawanan tanah keras pada ujung tiang. Tiang yang dimasukan sampai lapisan tanah keras, secara teoritis dianggap bahwa seluruh beban tiang dipindahkan kelapisan keras melalui ujung tiang.
Anggapan tanah keras yang dimaksudkan disini sebetulnya relatif dan tergantung dari beberapa faktor, antara lain seperti besar beban yang harus dipikul oleh tiang. Sehingga bisa saja ada anggapan asalkan  pada posisi dimana daya dukung tanahnya sudah mumpuni untuk mengimbangi besarnya beban yang dipikul tiang, maka disitu diasumsikan letak tanah keras berada. Anggapan ini tidak salah tapi juga tidak betul, namun supaya tidak terjadi perbedaan yang tajam dalam perspektif anggapan, maka untuk dianggap sebagai lapisan tanah pendukung yang baik, dapat digunakan ketentuan sebagai berikut :
1.      Lapisan non kohesif (pasir, kerikil) mempunyai harga standard penetration test (SPT), N > 35.
2.      Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan bebas (Unconfined compression strength) qu antara 3 s/d 4 kg/cm2 atau N > 15 s/d 20.
Dari hasil sondir dapat dipakai kira- kira harga perlawanan konis S ≥ 150 kg/cm2 untuk lapisan non kohesif, dan S ≥ 70 kg/cm2 untuk lapisan kohesif.
b.      Tumpuan Geser/Sisi (Friction Pile)
Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari gesekan antara tanah dengan sisi- sisi tiang pancang, atau dengan kata lain kemampuan tiang pancang dalam menahan beban hanya mengandalkan gaya geseran antara tiang dengan  tanah disekelilingnya. Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya kenyataan dilapangan mengenai data kondisi tanah tidak bisa diprediksi, sehingga sering kita menjumpai suatu keadaan dimana lapisan yang memenuhi syarat sebagai lapisan pendukung yang baik ditemui pada kedalaman yang dalam, sehingga untuk mendapatkan tumpuan ujungnya kita perlu merogoh kocek lebih dalam dikarenakan biayanya sangat mahal.
Pada kenyataan seperti ini praktis daya dukung yang didapat adalah dari gesekan antara sisi tiang dengan tanah disekelilingnya namun bukan berarti perlawanan diujungnya kita anggap melempem atau tidak ada, tapi pada kenyataannya tumpuan diujung ini juga memiliki andil dalam memberikan sumbangan daya dukung walaupun itu kecil.
Perbedaan dari kedua jenis tiang pancang ini, semata-mata hanya dari segi kemudahan, karena pada umumnya tiang pancang berfungsi sebagai kombinasi antara friction pile (tumpuan sisi) dan end bearing pile (tumpuan ujung). Kecuali tiang pancang yang menembus tanah yang sangat lembek sampai lapisan tanah dasar yang padat.
Berikut ini adalah beberapa contoh rangkaian pekerjaan pondasi tiang pancang di lapangan :
Gambar 1. Tampak Kepala Tiang Pancang Sebelum Dipecah

Gambar 2. Pemecahan Kepala Tiang Pancang

 Gambar 3.Penyusunan Bata Hebel (sebagai pengganti bekisting), untuk Poer Pondasi
Gambar 4. Perakitan Tulangan Untuk Poer Pondasi

Gambar 5. Perakitan Tulangan Untuk Sloof ke Poer Pondasi
 Gambar 6. Pondasi yang Telah di Cor Beton

Gambar 7. Tulangan Sisa dari Pondasi Untuk Disambung ke Kolom
B.       Metode Kerja/Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai Metode Pemancangan Beton Tiang pancang menggunakan alat pancang hidrolik hammer, yaitu sebagai berikut :
1.    Penyiapan lahan area kerja yang cukup guna penampatan alat berat juga area manuver alat.
2.    Penyiapan lahan untuk penempatan material (tiang pancang) pada posisi yang strategis guna memudahkan dalam pengerjaannya.
3.    Pada masing masing tiang pancang diberi identitas dan diberi meteran per satu meter.
4.    Penyiapan alat-alat kerja pendukung lainnya.
5.    Melakukan pengukuran :
a.    Pengukuran dilakukan oleh Pemborong dengan disaksikan dan disahkan oleh Direksi/MK.
b.    Kedudukan/posisi dari masing-masing tiang pancang harus ditandai dengan patok bergaris tengah 80 mm dengan panjang 300 mm yang ditancapkan didalam tanah.
c.    Bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang menyolok.
d.   Sebelum mulai jacking, tiang yang akan dijacking harus dicheck dan berada dalam keadaan/posisi vertikal.
e.    Penyambungan tiap bagian tiang dengan las harus dilakukan secermat mungkin dan benar, sehingga tidak ada celah/lubang pada sambungan las tersebut.
f.     Semua tiang pancang harus mempunyai nomor referensi, tanggal cor, panjang dan lain lainnya dengan aturan sebagai bcrikut :
*   Setiap tiang pancang bagian I diberi tanda pada interval 50 Cm.
*   Setiap tiang pancang bagian II diberi tanda pada interval 25 Cm.
*   Setiap tiang pancang bagian III diberi tanda pada interval 10 Cm.
6.    Pengujian Tiang pancang :
a.     Pengujian dilakukan terhadap suatu Tiang pancang percobaan yang tidak dipakai (unused pile) sebelum dilakukan pemancangan sebenarnya (used pile).
b.     Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membuktikan kebenaran asumsi yang dipergunakan dalam penurunan dan perhitungan design load dari tiang pancang.
7.    Penyipapan informasi data teknis : Panjang tiang Pancang, Energi Hammer, Hammer, Literatur dan Referensi teknis lengkap tentang alat pemukul yang dipakai.
8.    Tahap-tahap pelaksanaan pemancangan :
a.    Sebelum dilakukan pemancangan, semua tiang pancang pra-cetak harus diberikan perincian dan data secara jelas pada sisi puncak tiangnya meliputi : Nomor referensi, Panjang tiang, Tanggal pengecoran, beban Kerja.
b.    Sebelum dilakukan pemancangan harus diteliti terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
c.    Pada pemancangan tiang yang utuh maka pemancangan (set) maksirnum umumnya diperoleh dengan cara menggunakan alat pemukul (hammer) yang paling tepat dan paling lunak. Bila pemancangan dilakukan secara sebagian (segmental) maka ketinggian naksimum pemukulan yang diusulkan harus semaksimal mungkin konsisten dengan tegangan maksimum yang diijinkan pada beton dan massa alat pemukulnya juga harus diganti dengan yang sesuai, harus pula diperhitungkan kemungkinan adanya kehilangan energi pada sambungansambungan.
d.   Bila tiang pancang segmental menemui tanah yang lembek sekali, batuan keras atau lapisan-lapisan batuan maka ketinggian pcmukulannya harus dikurangi.
e.    Pemborong harus memberikan perincian tentang urutan pemancangan yang harus disusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya kembali (up Lifting) tiang pancang.
f.     Bila tiang yang dipancangkan pada tanah lunak sampai kelapisan keras pendukung untuk memperoleh penumpuan ujung yang kuat (high end bearing) maka ketinggian dari semua tiang pancang yang berdekatan harus diperiksa apakah terjadi pengangkatan, bila mengalami hal tersebut.
g.    Pemborong harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua usaha untuk memancang kembali tiang pancang yang terangkat tersebut.
h.    Semua pemancangan harus dilakukan sampai mencapai kedalaman yang direncanakan dan disyaratkan, dalam pemancangan setiap titik pancang harus secara terus menerus tanpa terputus kecuali terdapat penyambungan bagian tiang pancang.
i.      Dalam pemancangan perlu diperhatikan bahwa jumlah pukulan pada masing-masing tiang pancang diusahakan agar dibatasi sampai lebih kurang 2000 pukulan, apabila dalam harus dilakukan test integritas tiang (Pile Integrity test/PIT) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas tiang pancang terpasang.
9.    Mengecek kelurusan / kemiringan sudut tiang pancang dengan menggunakan theodolit min. 2 sudut yang berbeda.
10.    Siapkan kertas grafik kalendering pada tiang pancang tersebut
11.    Secara berlahan hummer diangkat keatas hingga ketinggian tertentu, kemudian hummer dilapaskan.
12.    Bila tiang pancang perlu mendapat sambungan karena kedalaman pemancangan masih belum terlampaui, maka hentukan pemancangan tiang pancang hingga +/- 1 meter dari muka tanah terhadap kepala tiang pancang.
13.    Melakukan sambungan dengan tiang pancang berikutnya yang mana sambungan tersebut dilas pada ujung tiang pancang dengan menggunakan mesin las yang kemudian hasil las diberi bahan anti karat maka konsultasikan dengan Konsultan Perencana untuk langkah berikutnya.
14.    Axial Loading Test :
a.    Axial loading test dilakukan pada setiap tiang pancang dimaksudkan untuk menentukan respon tiang pancang terhadap suatu pembebanan tekan statis. Beban tersebut bekerja secara aksial pada tiang pancang yang bersangkutan.
b.    Untuk axial loading test ini kami menggunakan sistem Non Destructive Test yaitu Pile Driving Analysis (PDA) atau Shock Test dengan tujuan untuk mempersingkat waktu pengetesan, dengan ketentuan beban loading test 200 % dari Design Load.
c.    Beban percobaan pada pengujian ini harus sebesar 200 % dari design load untuk suatu Proving Test, pembebanan dilakukan mengikuti prosedur “Slow maintaned Load test” dengan cyclic loading berdasar ASTM D 1143-8, sedangkan pada Preleminary Loading test pembebanan minimal sebesar 300 % design load.
d.   Jumlah preleminary loading test ditetapkan 2 (dua) titik tiang percobaan, sedapat mungkin pelaksanaan pemancangan tiang uji dilakukan disebelah lobang pemboran Penyelidikan Tanah.
e.    Beban maksimum yang ditumpukan pada pengujian pendahuluan ini harus 3 (tiga) kali besar Design Load, setelah itu penambahan beban dilanjutkan sampai kelongsoran (failure) teljadi.
f.     Apabila telah dicapai suatu keadaan pengujian sesuai dengan rencana, maka pemancangan harus dihentikan sementara untuk memberikan kesempatan tanah kembali kepada kondisi semula. Pemancangan/Pemukulan tiang pancang dapat dilanjutkan kembali setelah selang waktu yang cukup untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan dari keadaan semula.
15.    Lateral Loading Test :
a.    Pengujian ini dilakukan untuk menentukan respon tiang terhadap pembebanan lateral.
b.    Jumlah lateral loading test adalah 1 (satu) buah, sebagai percobaan digunakan used pile.
c.    Untuk setiap tiang pancang yang dilakukan pengujian ini tidak boleh mengalami kegagalan struktural, untuk mengatasi kegagalan Pemborong harus memantau secara langsung hubungan antara beban dan defleksi lateral.
d.   Persyaratan pelaksanaan Lateral Loading test mencakup hal-hal berikut :
*   Prosedur Pembebanan
*   Peralatan pengadaan beban
*   Prosedur dan peralatan untuk pengukuran lateral displacement
*   Laporan hasil pengujian
e.       Pembebanan dilaksanakan dengan cyclic loading scsuai dengan persyaratan ASTM D 3966-81, beban percobaan ditetapkan sebesar maksimum 200 % x 5 % dari daya dukung izin vertikal tiang bor, kecuali ditentukan lain.
f.       Pada bagian atas dari tiang pancang Pada tanah yang bcrada disekitar kepala tiang yang akan diuji, harus dipadatkan sampai pada “cut off level” dengan nilai CBR minimal 5 %.
g.      Lateral Displacement yang diijinkan untuk pengujian ini adalah sebesar 12 mm pada beban percobaan lateral maksimum.
h.      Segera setelah pengujian beban dilakukan, Pemborong harus menyerahkan laporan lengkap tentang hasil pembebanan, agar dapat dilakukan evaluasi oleh Konsultan.
i.        Evaluasi akan dilakukan untuk menentukan daya dukung akhir tiang pancang tersebut. Kegagalan memenuhi daya dukung tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.

16.    Catatan dan laporan instalasi tiang pancang mencakup :
a.    Nama Proyek
b.    Lokasi Tiang
c.    Ukuran Tiang
d.   Mutu Beton
e.    Tanggal Cor Tiang
f.     Beban Rencana Tiang
g.    Maximum beban Jacking
h.    Total panjang Tiang
i.      Total Penetrasi Tiang
j.      Tekanan Hidrolis pada setiap interval 1.00 m
k.    Level muka tanah
l.      Kedalaman penetrasi
m.  Level ujung tiang
n.    Cut-off level
o.    Panjang effective tiang
p.    Kondisi cuaca
q.    Ganggunan yang timbul
r.     Penyimpangan-penyimpangan sewaktu instalasi.

C.      Faktor – Faktor Yang Harus Diperhatikan Pada Proses Pelaksanaan Tiang Pancang.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pemancangan tiang adalah sebagai berikut :
1.        Penyusunan tiang pancang di lapangan.
Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan harus memperhatikan titik angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan material, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang pancang.
2.        Pemeriksaan material tiang pancang
Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk pemantauan kesesuaian material yang diterima dengan spesifikasi teknis pekerjaan.
Harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan mill sheet yang dilampirkan pada surat pengiriman barang.
Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali :
*   Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang pancang sebelum digunakan
*   Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan penempatannya pada gambar konstruksi
*   Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup umur maka dipisahkan dulu dan ditunggu sebelum dipakai
3.        Persiapan tiang untuk pemancangan.
Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat merah, untuk keperluan pemantauan pada saat pemancangan dilakukan :
*   Tiap jarak 0,5 m’ dari ujung tiang pancang sampai ke pangkalnya.
*   Diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang.
*   Untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang disambung.
*   Tiang sambungan harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang sedang dikerjakan – supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan jika diperlukan penyambungan.
4.        Pemantauan pelaksanaan pemancangan
Pada saat pekerjaan pemancangan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang), toleransi kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan spesifikasi teknis – pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa diam/stabil).
  1. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang – jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah – dipantau berkala oleh operator alat pancang dan helper
  2. Counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’
  3. Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu dipantau oleh helper operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau tiang menjadi miring, maka harus dihentikan dulu pemancangannya :
-       jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal kembali.
-       jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang, dilakukan penyesuaian sumbu.
-       jatuh hammer supaya sejajar dengan kemiringan sumbu tiang dan jika kemiringan bertambah semakin parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan.
e.        Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih dari 2,5 m' kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas, namun tidak boleh lebih dari 3 m' dalam segala kondisi pelaksanaan.
  1. Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang
  2. Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk ditembus dengan tidak mengakibatkan tegangan internal melebihi spesifikasi material
  3. Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan final set yaitu:
-       harus sesuai dengan syarat dari Konsultan Desain (untuk drop hammer).
-       dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel hammer dan hydraulic hammer.
i.         Pengambilan final set harus dilakukan :
-       Menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak boleh berupa fotocopy).
-       Dengan pulpen supaya garis yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan tidak luntur jika terkena air dan oli, tidak boleh dengan spidol atau pensil yang memberikan garis yang tebal sehingga menyulitkan pembacaan garis grafik.
-       Pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpengaruh penurunan tiang saat dipukul.
-       Arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada kertas record/milimeter.
-       Grafik yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat garis rebound-nya dan tidak miring.
-       Diambil pencatatan final set untuk minimal 10 kali pukulan.
-       Jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka pemancangan harus dilanjutkan dan diambil lagi final setnya pada lembar yang sama, sampai tercapai final set yang ditetapkan.
5.        Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan).
Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah selesai dipancang, akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan titik pondasi berikutnya yang berdekatan, yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi pekerjaan.
Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa secara berkala apakah terjadi pile heaving atau tidak :
·      Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus diperiksa pile heaving pada pemancangan awal sebagai data awal – jika tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa, maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun jika terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya.
  • Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok harus dicatat level top of pile nya sebelum dilakukan pemancangan berikutnya (level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat dan tidak diikat ke BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang tidak memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur).
  • Setiap selesainya pemancangan 2-4  tiang berikutnya dalam satu kelompok tiang, dilakukan pengukuran ulang level tiang pancang yang telah terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak terjadi pile heaving
  • Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau sedikit lebih rendah dari level awal – untuk pekerjaan re-drive harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan pengambilan grafik final set lagi
  • Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh tiang pancang dalam satu kelompok tiang selesai dipancang.
Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk dilakukan re-drive harus mengikuti ketentuan spesifikasi teknis atau persetujuan Konsultan Pengawas -- direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile.
Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan langkah sebagai berikut :
·      Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari 2 diameter atau diagonal penampang tiang – ditentukan oleh konsultan desain, jika terjadi pile heaving dalam 5 kelompok tiang berturut-turut, maka diinformasikan kepada PM untuk diputuskan apakah akan diubah jarak antar tiang pancang atau tidak.
·      Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi terdalam lalu melingkar keluar.
6.        Penghentian Pekerjaan Pemancangan.
Penghentian pemancangan dilakukan jika salah satu kondisi berikut terjadi atau tercapai :
·         final set sudah dicapai (end-bearing pile) atau kedalaman pemancangan yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile).
·         sudah mencapai maksimal 2.000 pukulan hammer/palu pancang.
·         telah mencapai batas kelangsingan tiang pancang sesuai spesifikasi material atau ketentuan Konsultan : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang jika diperlukan.
·         terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb) : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang.
·         terjadi kemiringan di luar toleransi : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang.
7.        Pencatatan data pelaksanaan.
Pencatatan data pelaksanaan yang harus dilakukan, minimal meliputi :
  • Data jenis dan spesifikasi alat pancang yang dipakai.
  • Data jenis, ukuran dan kapasitas material tiang pancang yang dipakai.
  • Data pelaksanaan (Pile Driving Record dan Grafik Final Set).
  • Data panjang tertanam termasuk konfigurasi sambungan tiang dan tanggal pemancangan, yang ditabelkan sesuai dengan penomoran titik pancang pada gambar konstruksi.
  • Data pergeseran titik pancang yang diplotkan pada gambar dan ditabelkan, sesuai penomoran titik pancang.
  • Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selama pemancangan, dicatat dan ditabelkan sesuai nomor titik pancang pada gambar konstruksi.
  • Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik pancang sesuai nomor pada gambar konstruksi, dengan menggunakan rumus dinamik yang telah diverifikasi dengan pengujian PDA Test atau Static Loading Test.
·         kekurangan serta kelebihan menggunakan pondasi tiang pancang.

D.      Kekurangan Serta Kelebihan Menggunakan Pondasi Tiang Pancang.
Ada beberapa keuntungan serta kekurangan dari penggunaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
1.        Kelebihan :
a.    Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin.
b.    Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.
c.    Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang.
d.   Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat.
e.    Harga relative murah bila dibanding pondasi sumuran.
2.        Kekurangan :
a.    Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena factor angkutan.
b.    Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.
c.    Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal.
d.   Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.

E.       K3 Dalam Pelaksanaan konstruksi.
Industri konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan yang mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari penyediaan barang/material keperluan pekerjaan konstruksi sejak pabrikan, suplai/pasokan (delivery) hingga ke pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang mencakup kegiatan : sipil, arsitektural, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya sesuai dengan yang direncanakannya. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan namun dalam kegiatan konstruksi kecelakaan konstruksi relatif tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek konstruksi memiliki Karakteristik antara lain : bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu, melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat Kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan beragam berpotensi bahaya, mobilisasi yang tinggi, peralatan, tenaga kerja, material dll.
1.    Potensi Sumber Bahaya Dalam Manajemen K3
a.     Pekerja tertimbun longsoran
o   Kondisi tanah : geologis, topografis, jenis tanah, lereng galian
o   Pengaruh air : air tanah, air permukaan, sumber air, piping dll
o   Alat berat / kendaraan yang digunakan : beban, getaran
c.        Pekerja tenggelam/kena air banjir.
  1. Pekerja terkena sengatan aliran listrik 
  2. Pekerja menghirup gas beracun 
  3. Pekerja menghrup debu / kotoran 
  4. Pekerja tertimpa alat kerja /material 
  5. Pekerja terjatuh kedalam galian 
  6. Dll .
2.    Penanganan Bahaya Pekerjaan Pondasi, Pengaman Pekerjaan Galian Dalam Manajemen K3.
o   dinding penahan , perancah dan tangga kerja
o    pagar pengaman
o    sirkulasi udara yang cukup
o    penerangan yang cukup
o   sarana komunikasi
3.    Persyaratan Rencana Penggalian Dalam Manajemen K3
  1. Lakukan penelitian terhadap :
    • keadaan tanah 
    • air tanah
    • jaringan utilitas dibawah tanah (listrik, air, gas )
  2. Tenaga kerja harus dilindungi dari bahaya tertimbun tanah 
  3.  Lampu & rambu–rambu dipasang untuk mencegah orang terjatuh 
4.    Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Tanah Dalam Manajemen K3
  1. Untuk tempat kerja di bawah tanah, setiap pergantian shift kerja, lakukan pemeriksaan. 
  2. Lakukan pemeriksaan seminggu sekali untuk
    • mesin-mesin
    • peralatan 
    • penyangga
    • jalan keluar dll 
  3.  Daerah kerja dibawah tanah yang berbahaya hrs dipagari 
  4. Buat sistem komunikasi ( sambungan telpon ) 
  5. Gunakan APD ( pakaian water proof, sepatu boot ) 
  6. Semua yang masuk terowongan harus dicatat dan diidentifikasi Buat ventilasi udara
*      Kerugian yang dialami beberapa pihak
a.       Kerugian diri sendiri
1.    Cacat fisik
2.    Kerugian Materi
3.    Mengakibatkan luka
4.    Mengakibatkan cidera
b.    Kerugian Perusahaan
1.    Berkurangnya tenaga kerja
2.    Kerugian Materi
3.    Alat-alat yang rusak
4.    Menurunnya citra perusahaan
5.    Proses pekerjaan menjadi terhambat
c.    Kerugian Masyarakat
1.    Kerugian emosional
2.    Kerugian Materi
3.    Orang yang ditinggalkan merasa kehilangan jika kecelakaan tersebut hingga menewaskan pekerja.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembasahasan adalah sebagai berikut :
1.    Pondasi tiang pancang (Pile Foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.
2.    Kita dapat mengetahui metode kerja/pelaksanaan pemancangan tiang.
3.    Ada banyak faktor atau hal-hal yang harus diperhatikan dari pelaksanaan pemancangan pondasi.
4.    Terdapat keuntungan dan kekurangan pada penggunaan pondasi tiang pancang.
5.    K3K dalam pelaksanaan konstruksi bangunan sangatlah penting untuk melindungi para pekerja dari hal-hal yang mungkin terjadi yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja.

B.       Saran
Dalam pembangunan konstruksi tiang pancang banyak menggunakan alat-alat berat, jadi apabila pembangunan pemancangan yang lokasinya sulit dijangkau maka akan sangat membutuhkan biaya yang sangat banyak. Jadi saran saya agar memperhitungkan matang-matang terlebih dahulu dalam proses perencanaan agar tidak terjadi permasalahan pada saat pelaksanaan.

3 komentar:

  1. mungkinn lebih baguss kalo ada tulisan referensinya darimana.. jadi yang nyari pun tau sumbernya jelas.. hehe thankyouuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ohh iya Lupa..hehe..Terimakasih atas masukannya..

      Hapus
  2. PT.ANUGRAH LUAS JAYA

    Agen Insurancee – Bank Guarantee – Surety Bond
    Nama : MELYAN SONATA
    Hp : 0857_3636_6719
    Kntr : (021) 42888259 - 42888256
    Email : pt.MJS99@gmail.com / melyansonata@gmail.com

    MENAWARKAN :

    v Pinjaman “Kredit Modal Kerja” (KMK)
    v SP2D, Jaminan Pembayaran Akhir Tahun

    Untuk Kebutuhan Proyek

    1. Jaminan Penawaran (Bid Bond/Tender Bond)
    2. Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)
    3. Jaminan Uang Muka (Advance Payment bond)
    4. Jaminan Pemeliharaan (Maintenan Bond)
    5. SP2D, Jaminan Pembayaran Akhir Tahun
    6. Jaminan Penundaan Pembayaran Bea Masuk (Custom Bond) dan Jaminan Lainnya

    Beberapa Jenis Asuransi Kerugian Umum :

    1. Asuransi Pengangkutan
    2. Asuransi Pengangkutan Barang (Cargo Insurance)
    3. Angkutan Melalui Laut (Marine Cargo)
    4. Angkutan Melalui Darat (Land Cargo)
    5. Angkutan Melalui Udara ( Air Cargo)
    6. Asuransi Rangka Kapal (Marine Hull)
    7. Asuransi Pesawat Terbang (Avition)
    8. Asuransi Rekayasa Teknik (Engineering)
    9. Asuransi Kendaraan (Vehicle Insurance) Asuransi Kebakaran ( Fire Insurance )
    Dan Jaminan Asuransi Lainnya.
    Adapun sebagai Bahan Pertimbangan Bapak/Ibu berikut ini Saya Lampirkan Proposal Penawaran Penerbitan Jaminan Bank Garansi dan Asuransi Tanpa Agunan / Tanpa Pembekuan Dana (Non Collateral). Atas Perhatian dan Kerja samanya Saya Ucapkan Terimaksih.
    PT.ANUGRAH LUAS JAYA​​
    Office

    BalasHapus

Biografi Sederhana

Profil Singkat Pemilik Blog

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh... Salam sejahtera bagi kita semua.. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah swt.. ...

Viral